Senin, 26 Desember 2011
Resolusi Juara 2012
Senin, 12 Desember 2011
Dua Raja La Liga Mengancam La Liga

Sepak bola merupakan olah raga yang paling populer di jagat raya, bagaimana tidak hingar bingar, semangat, antusiasme bahkan rasa nasionalime semua terasa melekat ketika wasit memulai peluit untuk dimulainya pertandingan ini. Sepak bola adalah bukan sekedar permainan bola yang dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. yang mana masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, tapi lebih dari itu.
berbicara tentang sepak bola pasti tak akan terlepas dari dua tim raksasa asal Spanyol ini, Barcelona dan Real Madrid, bagaimana tidak dominasi dalam segala lini kedua tim ini sangat mencolok diantara tim tim la liga, contohnya ; dari kekayaan saja kedua tim ini bersaing sangat ketat dan berbeda sangat jauh dengan tim tim yang bermain di La Liga, di bawah ini adalah daftar kekayaan dua tim raksasa Spanyol the catalan:
Rabu, 12 Oktober 2011

Rabu, 14 September 2011

BOOK THE WINDOW OF THE WORLD
Selasa, 13 September 2011

- S untuk semangat, dimana siswa dilatih dan membiasakan untuk senantiasa bersemangat dalam kondisi apapun;
- A untuk akhlak, anak senantiasa dilatih agar peka untuk berlaku baik, contohnya membiasakan solat duha dan solat berjamaah tepat waktu. berikutnya adalah;
- L untuk luas wawasan, kemudian;
- A untuk amanah dan yang terakhir;
- M untuk manfaat.
Senin, 22 Agustus 2011
PARE IN LOVE
Actually I confuse where should I start to share about my recent extraordinary experience in Pare. Firstly telling you about Pare, the one of extraordinary villages in Kediri East Java, is qiute important to be shared. As I told before Pare is the one of famous villages in Kediri East Java, in which it takes more or less 20 hours trip by land used train from Bogor to Pare – will be given the trip details in the another posting. Pare has another name called Kampung Inggris. Because it provides lots of professional english courses – the latest survey result informs that there are more than 80 course centres exsisted in Pare.
Pare has saveral villages Actually, one of them are Tulungrejo, in which the existence of Kampung Inggris can be found. Besides English, other foreign language course places is existed such as arabic, france, and mandarin as well. Entering into Tulungrejo, given a different situation, both the language most people used and the learners spirit but not the village condition – it has the same condition as the other villages actually. Both of villagers and learners still use bicycle as their public transportation, so it is scarcery to find over the car as public transportation there. It not only the transportation factor supported the village condition but the cost of living spent both very inexpensive and achievable for everyone. The village ever gets the award of ADIPURA in 1995 because of the cleanliness and the tidiness of it, but surely it not only those factors but also there are other factors being the consideration awarded ADIPURA to the village – both people geniality and transquality.
Going arround the village there are so many both interesting and natural places to visit comprising the historical statues – candi surowono and candi tegowangi, the underground ancient cave – gowa surowono, till the modern and magnificient architecture such as Simpang Lima Gumul, Garuda Monument or well know as the Garuda Park, Chandha Bhirawa stadium, alun-alun kota Pare and the magnificient mosque of masjid Agung Kota Pare.
The picture beside is the photograph of candi tegowangi, which is built in 1330 C by the king of Majapahit as the obliatory gift for the certain king after 12 years from the death. Commonly Its size is about 11.20 m x 11.20 m and 4,30m for the height and it usually square in shape and faced to the west. Getting there is only about 45 minutes by bike from Kampung Inggris. For the tickets, we just need to pay 500 rupiahs per visit.
This is the photograph of candi surowono, the purpose the giver, the shape and the position are as well as the previos candi is. But not the size it is smaller than candi tegowangi. The travelled distance from Kampung Inggris to this site takes only 30 minutes by bike, and as well as the first candi, we just have to spend 500 rupiahs per visit. Near from this site, candi surowono, exists the underground ancient cave which is used by the people as a hiding place from the enemy in the past, that is gowa surowono, besides as a hiding place, it is also used as the secret path
for them to attack the enemy. But poorly, at this moment people use it both as a worship place to God and as a place for doing something rude. But the cave is very challenging to be explored. It has 300 meters in length which has already been explored. It is devided into 5 parts or gates, but there are only 3 gates that are allowed to be explored. Getting inside the cave we have to be guided by the expert because it is too dark and complicated to explore, besides the path is very narrow for the adult also there are so many trap paths or labirynth which are impossible to get back if taken the wrong path.
The last places that don’t be passed to visit in Pare are simpang lima gumul, garuda park, chandha bhirawa stadium, the magnificient mosque, MAsjid Agung Kota Pare and alun-alun kota Pare. Actually you won’t suppose you are in the village when you are in Gumul, simplified it can be staded that it is the metropolitant in the middle of village. On its wall there are the series carved objects made from the concrete telling about not only the traditional folklores but the local potencies from Kediri as well, and
in each corner of the great wall there is sclupture of Ganesha. The main function of the great wall of gumul is actually as the five section branches of the road or as the circle which connects 5 main streets of saverals directions to the big cities in east java. Actually It is better to be visited in the night. Besides the temperature also we both can find lots of traditional culinaire seller of Kediri and the magnificient colorful lights in the night as well.
Actually I still want to share more about my extraordinary experiences in Pare. But I have to stop it now because I will continue it in the next posting.
Pare gave me lots of valuable and exrtraordinary experiences. Learn from mistakes to be better, always try hard on achieving goals and responsibility is everything. Besides them, there is another thing I got that is friends. Boarding house mate of Johan House, classmate of Elfast English course and great teachers of Elfast as well. Thanks all for the great and magnificient story. Eureka Pare and I love it.
Below are the pictures of garuda park, chandha bhirawa stadium, the magnificient mosque of masjid Agung Kota Pare.
Rabu, 17 Agustus 2011
DETIK-DETIK MENJELANG KEMERDEKAAN
Kepulan asap kopi menemani senyap kala itu, dengan tatap penuh semangat masing-masing sampaikan pendapatnya. Tak ada lontaran menyakitkan dan menyalahkan, apalagi hingga beradu otot satu sama lainnya. Jiwa mereka telah berpadu, sepadu dalam keberanian dan kesucian sang saka.
Hingga pada suatu kesimpulan pencapaian misi ini harus segera dilaksanakan...................
Tanpa kembang api dan makanan mewah, semalam begitu semarak dan ramai dalam jiwa-jiwa yang rindukan kebebasan. Saat mentari menyemburat di timur, tak sabar langkah-langkah gegap itu menuju pegangsaan. Dua orang separuh baya menatap keheranan akan kedatangan para pemuda. Kabar menyerahnya penjajah Jepang 2 hari yang lalu telah mereka dengar, lantas apa yang akan para pemuda ini sampaikan.
Sosok dengan peci hitam memalingkan muka pada seseorang berkaca mata disebelahnya. Keraguan sangat tampak di wajah mereka, tapi keinginan para pemuda ini terliat nyata dan menggebu. Hati kedua lelaki paruh baya tersebut dilingkupi keraguan, karena penjajah memiliki kekuatan yang sangat kuat dan sulit untuk di tembus. Apalagi misi yang ditawarkan para pemuda itu tidaklah main-main. Perjuangan bangsa ini saja melawan penjajah sudah ratusan tahun, dan misi ini akan dilaksanakan secepat itu. Para pemuda tetap mendesak, karena mereka rasa saat itulah penjajah berada pada titik terlemah akibat diguncang bom di dua kota besar mereka. Pagi itu ternyata perdebatan tak mendapat titik temu. Para pemuda tetepa dengan semangat menggebu mereka inginkan pelaksanaan misi itu saat itu juga, tapi dua lelaki paruh baya tersebut masih saja ragu dan beralasan perlu sekali ada rapat antara peserta PPKI yang lain.
Untuk menghindari ketegangan yang belarut para pemuda tersebut akhirnya memilih untuk meninggalkan peganggsaan dan kembali berkumpul untuk pikirkan solusi yang terbaik. Akhirnya dipilihlah tindakan yang lebih ekstrim, bahwa kedua lelaki paruh baya tersebut harus dibawa ke tempat yang lebih netral, agar pelaksanaan misi tidak lagi ditunda-tunda. Dipilihlah Rengasdengklok sebuah kota kecil yang pada akhirnya mengenang kobaran semangat para pemuda ini.
Waktu sudah begitu larut ketika mereka berhasil mebawa kedua tokoh tersebut ke Rengasdengklok. Pembicaran penuh perdebatan kembali terjadi, masing-masing memiliki argument yang sama kuatnya. Tapi seakan kelebihan energy para pemuda meyakinkan bahwa misi itu sangat tepat lebih cepat untuk dilaksanakan, tak anyal semangat ini pun akhirnya menggoyahkan keraguan kedua lelaki paruh baya tersebut. Hingga pada akhirnya pria berpeci hitam mengambil selembar kertas dan bersuara “Ayo kita lakukan dengan memulai merumuskan ungkapan proklamasi dan esok tidak ada lagi keraguan untuk melaksanakan misi ini”. Senyum mulai mengembang diantara para pemuda, angin yang seharusnya dingin malam itu menghangat seirama jantung dalam memompa darah ke setiap pembuluhnya.
Tidak ada lagi waktu untuk berpangku tangan semuanya harus dipersiapkan. Kedua lelaki berparuh baya tersebut akhirnya diizinkan kembali oleh para pemuda untuk kembali ke ibukota. Seorang laksamana Jepang yang menaruh simpati kepada perjuangan bangsa ini, menawarkan rumahnya untuk digunakan dalam mempersiapkan perumusan naskah. Tak ayal hal tersebut sangat membantu dan tidak beberapa lama rumusan teks naskah proklamasi berhasil dirumuskan. Naskah yang ditulis oleh pria berpeci yang penuh wibawa, segera dibacakan dihadapan para pemuda. Kumandang kalimah takbir dan merdeka memburu setelahnya. Naskah pun segera diketik, seorang pemuda yang cerdas dan bersahaja diberi kesempatan ini.
Semua tersenyum,,,,, tak sabar menunggu karena beberapa detik lagi cita-cita kemerdekaan akan segera diraih….
Mentari belum sempurna menampakkan sinarnya, saat seseorang melangkahkan kakinya kembali ke rumah. Semalam merupakan kejadian yang luar biasa baginya. Walau lelah karena tak memejamkan mata semalaman, tapi gunungan kegembiran tampak di wajahnya. Pegangsaan masih sepi, para pemuda telah lama menyebar untuk memberitahukan bahwa capaian cita-cita bangsa akan segera diproklamirkan.
Seorang wanita bermata teduh menyambutnya dengan senyum, tak ada kalimat kata-kata sebal karena tempat tidurnya hanya ia tempati sendirian semalam. Dikecup tangan laki-laki berkopiah itu dengan takjim, dan bersambut dengan kecupan di keningnya. Sambil melepaskan kopiah hitamnya ia berujar “Dinda, kemerdekaan segera diproklamirkan sebentar lagi semua orang menuju rumah kita”, senyum itu kembali mengembang di wajah perempuan teguh itu kali ini dia mantap berkata “Suamiku, akan kupersiapkan bendera merah putih sebagai rasa syukurku akan segera tercapainya cita-cita besar ini”. Betapa sangat sempurnanya pagi itu bagi mereka berdua.
Matahari semakin bersinar, lelaki berkopiah itu telah siap depan halaman rumahnya. Begitupun dengan para pemuda sudah mulai ramai mempersiapkan semuanya, tidak ketinggalan para tokoh pun hadir tak ingin luput dari peristiwa bersejarah ini. Tiang dipancangkan, rakyat dan para pemuda melebur dalam sebuah barisan sederhana yang rapi. Seorang pemuda mulai berbisik pada lelaki berkopiah “ Hari semakin siang, sekaranglah saatnya”, dengan teguh lelaki berkopiah itu tetap tak bergeming “Kita masih menunggu seorang lagi, tak akan mulai kubacakan proklamasi ini tanpanya” ujarnya. Kepanikan kembali hadir pada jiwa pemuda, tidak boleh ada lagi keraguan. Para tokoh masyarakat yang hadir pun sudah mulai berbisik satu sama lain, rakyat dan para pemuda yang berbaris mulai resah menunggu. Hingga akhirnya tampak dikejauhan sosok lelaki berkaca mata muncul dengan senyum bijaknya. Kepanikan pun meleleh, kata MERDEKA kembali diteriakkan.
“Berdirilah disampingku sobat, tak akan lengkap peristiwa bersejarah ini dilalui tanpa kehadiranmu” , dengan senyum lelaki berkopiah itu berujar sambil bersalaman pada sosok berkaca mata yang disambut anggukan kepalanya. Naskah pun dibuka, semua hadirin tenang menatap dan mendengar dengan semangat, bahagia dan haru menjalar di jiwa mereka. Bahkan tidak sedikit yang menitikan air mata dengan sunggingan senyum di bibirnya. Proklamasi selesai dibacakan, seorang wanita membawa sang saka di tangannya, tiga orang pemuda menyambut dan segera mengibarkannya, secara serentak lagu Indonesia raya pun dilantukan tanpa iringan orchestra. Hingga sang saka terkibar pada tiang tertinggi , berakhir pula lantunan lagu kebangsaan, berganti peluk, salam dan teriakan kemerdekaan. Semunya bahagia titik perjuangan pergerakan kemerdekaan telah mencapai puncaknya.
Note :
Saat itu bertepatan dengan bulan penuh rahmat hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Ir. Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta dan dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih oleh S. Suhud dan Cudanco Latief Hendradiningrat.
The end……
(Author: Suci Siti Latifah)
E-mail address:
- sucilathifah@yahoo.co.id
- cici.lathifah@yahoo.com
Phone Number:
08568234023
Face Book:
Suci Latief
Sabtu, 13 Agustus 2011
Introductory
Introduction
Hey what’s up!!!
As I told you before, I am a feeling extrovert person who love these following words – presiding, motivating, enhancing, pepping up, influencing, coloring, extending, and risk taking. It can be stated openly that those words are indeed my latent talents or commonly-know as prowess.
It can be simplefied that I have the same character as the ‘sponge’ does, I am really sure you will ask me, how come? Isn’t it? Ok... no more courteus, but firstly I will be right back after the commercial break. hehehe. I scare if my freak explanations’re gonna kill you.... are you ready?
Sponge-man means that I have a blind acceptance of someone statement although it is true or not. In the other hand, I usualy tend to be a good listener, however it is true that I strongly dislike with the word of denial although physicly I enjoy both the dialogue and listening to the talk, actuality I am very determined to defend my statement. I have a great care in everyone problem although sometime show ignorance about every single person problem. This is the matter that I realize fully about myself that I always have my personal mission, though too fast to give up when faced up an inhibition. Failed in one place I decide to create a new mission, in the other hand, I am a capriceman-inconsistence man.
Other things about me that travelling is the middle of my name means that I enjoy in bustling myself both to travel and face something new-activity, people, as well as situation. The following list is a few of my own life experiences which are very exiting to be read:
(will be published as soon as possible)